A.A. Prasetya
Tibalah aku pada suatu malam
Malam yang pekat dan menyeramkan
Di Getsemani aku mendengar ……
Suara jangkrik serupa tebasan ribuan pedang
Menyayat mencabik dan mengoyak tubuh-Nya
Suara burung gagak yang terdengar setajam
belati
Menusuk menikam dan menghujam tepat di
jantung-Nya
Tibalah aku pada suatu malam
Malam yang penuh dengan kengerian
Di Getsemani aku melihat…….
Tubuh-Nya gemetar dan mata-Nya menjadi
nanar
Lidah-Nya kelu dan mulut-Nya menjadi bisu
Telah tiba waktu-Nya bagi Dia
Untuk meminum cawan kehidupan-Nya
Tibalah aku pada suatu malam
Malam di Getsemani saat Dia berkata
Tak bisakah engkau sejenak berjaga
Menemani-Ku yang kehilangan raga
Serupa darah peluh dan air mata-Nya
Menanti saat kematian-Nya
Bagi kita semua kekasih hati-Nya
Tibalah aku pada suatu malam di Getsemani
Malam saat Dia menyerahan diri-Nya
Walau takut dan ngeri
Datang dan meresap ke dalam sanubari
Namun Dia tetap berdiri
Demi cinta sejati didalam hati
Tak mungkin Dia lari
Dari semua kenyataan ini
Karena semuanya harus diakhiri
Dengan pengorbanan diri
Lalu sampailah aku pada malam yang biasa
Malam yang sama dengan malam-malam
berikutnya
Malam yang penuh dengan cinta, cinta-Nya
bagi dunia
Saat Sang Anak Domba menyerahkan nyawa
Untuk menebus dosa manusia
Dan malam ini aku duduk disini
Sendiri menatap Getsemani
Merenungkan cinta-Nya yang suci
Untuk diriku yang hina ini
No comments:
Post a Comment